Melestarikan Tradisi Karnaval



Tradisi karnaval, atau perayaan disertai arak-arakan dan dandanan tertentu, bisa dipastikan tiap tahunnya dapat ditemui di seluruh belahan dunia. Umumnya, karnaval diselenggarakan untuk memperingati peristiwa besar, atau berita gembira suatu bangsa.



Awal mula kemunculan karnaval dari perayaan sebelum masa pra-Paskah, yang dilakukan oleh umat Kristen Katolik di Benua Eropa dan Amerika. Dari banyak sumber yang menjelaskan arti istilah karnaval, salah satunya adalah berasal dari bahasa latin, carne yang berarti daging.

Sebab dalam masa pra-Paskah yang terjadi enam pekan sebelum Paskah, umat Katolik menganggap masa tersebut suci, dan sebaiknya dilewati dengan ibadah untuk mendekatkan diri pada tuhan. Seperti puasa, dan tidak menggelar pesat. Sehingga karnaval dapat dikatakan perayaan terakhir untuk menyambut masa pra-Paskah

Selama masa prapaskah, umat Katolik tidak diperkenankan mengadakan pesta atau perayaan-perayaan lainnya. Orang-orang menahan diri dari makan makanan mewah, seperti daging, susu, lemak dan gula.

Kini, karnaval telah banyak mengalami metamorfosa. Banyak pihak mengadopsi karnaval sebagai luapan kebahagiaan, yang terjadi pada suatu bangsa maupun negara. Salah satunya Indonesia.

Setuju atau tidak, perayaan karnaval di Indonesia identik dengan hari ulang tahun Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus.

Tiap tahunnya, di daerah-daerah sibuk menggelar perayaan karnaval, sebagai upaya mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan untuk meraih kemerdekaan.

Dengan berbagai ekspresi dan keterampilan saat karnaval, bangsa Indonesia berusaha menunjukkan simpati dan bentuk terimakasih pada para pahlawan pembawa kemerdekaan.

Belum diketahui pasti kapan pertamakali perayaan karnaval sebagai bagian dari acara 17 Agustus. Namun sampai saat ini, karnaval tetap menjadi penantian mayoritas bangsa Indonesia ketika menyambut HUT kemerdekaan, tentu juga bersama berbagai perlombaan tradisional lainnya.




0 komentar: